Review Live Action Snow White: Kenapa Banyak yang Kecewa?

Film adaptasi live action dari cerita klasik Disney, Snow White, menjadi sorotan tajam sejak diumumkan akan dirilis. Sebagai salah satu cerita dongeng paling ikonik, ekspektasi terhadap film ini sangat tinggi. Namun, setelah perilisannya, film ini justru memicu banyak perdebatan dan kekecewaan dari berbagai kalangan, khususnya penggemar setia kisah aslinya. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa banyak yang kecewa terhadap live action Snow White? Berikut ulasan lengkapnya.

Perubahan Cerita yang Terlalu Jauh dari Versi Asli

Salah satu alasan utama kekecewaan penonton adalah perubahan signifikan dalam alur cerita dan karakterisasi. Film live action Snow White versi 2025 ini dikritik karena terlalu jauh menyimpang dari kisah klasik yang dikenal dan dicintai jutaan orang.

Dalam versi aslinya, Snow White dikenal sebagai putri yang lembut, baik hati, dan penuh kasih. Namun dalam versi terbarunya, karakter Snow White digambarkan lebih tegas, bahkan dianggap terlalu “modern” hingga menghilangkan esensi klasiknya. Perubahan ini ditujukan untuk memberikan representasi perempuan yang lebih mandiri, tetapi sebagian penonton merasa kehilangan kehangatan dan nilai nostalgia dari versi aslinya.

Kontroversi Pemeran Utama

Penunjukan Rachel Zegler sebagai pemeran utama Snow White juga menjadi bahan perdebatan besar. Meskipun aktris muda ini memiliki bakat dan telah membintangi film musikal besar sebelumnya, banyak yang menganggap bahwa pemilihannya tidak sesuai dengan gambaran visual karakter Snow White versi klasik yang memiliki kulit seputih salju.

Rachel Zegler sendiri sempat memberikan pernyataan dalam wawancara yang menuai reaksi negatif. Ia menyebutkan bahwa film ini tidak akan menjadi kisah cinta yang sama seperti dulu, dan karakter Snow White tidak membutuhkan “prince charming”. Banyak penggemar lama merasa komentar tersebut meremehkan nilai-nilai asli dari kisah tersebut.

Penghapusan Unsur Ikonik

Elemen-elemen ikonik seperti tujuh kurcaci pun ikut dirombak dalam versi ini. Disney memutuskan untuk mengubah konsep karakter kurcaci agar lebih inklusif dan tidak stereotipikal, dengan mengganti sebagian besar kurcaci dengan karakter beragam dari latar belakang berbeda.

Keputusan ini dipandang sebagai langkah positif oleh sebagian pihak karena mengedepankan representasi, tetapi juga mendapat kritik karena dianggap menghapus ciri khas dari cerita aslinya. Kurcaci dalam kisah Snow White bukan hanya karakter pendukung, tapi merupakan elemen penting dalam perkembangan cerita.

Kritik terhadap Nuansa Feminisme yang Dipaksakan

Live action Snow White mencoba mengangkat tema feminisme modern dengan menonjolkan kekuatan karakter perempuan yang tidak bergantung pada laki-laki. Sayangnya, penyampaian pesan ini dianggap terlalu eksplisit dan tidak natural, sehingga terasa dipaksakan.

Banyak penonton merasa bahwa film ini berusaha terlalu keras untuk menghindari unsur romansa klasik, padahal aspek tersebut adalah salah satu daya tarik utama dari dongeng ini. Perubahan ini justru membuat karakter Snow White terasa datar dan kehilangan pesonanya sebagai tokoh utama.

Visual dan Efek yang Kurang Memukau

Dari segi produksi, ekspektasi terhadap Disney tentu sangat tinggi. Namun dalam kasus Snow White versi live action ini, banyak yang menganggap efek visual dan setting yang disajikan kurang maksimal. Warna dan suasana film dinilai tidak mencerminkan dunia dongeng yang memukau seperti yang ditampilkan dalam versi animasinya.

Kostum karakter, terutama milik Snow White, juga menuai kritik karena dianggap terlalu sederhana dan tidak merepresentasikan keanggunan sang putri. Banyak yang merasa bahwa desain produksi kurang memperhatikan elemen fantasi yang menjadi ciri khas film animasi Disney.

Reaksi Penonton dan Kritikus

Di berbagai platform review seperti Rotten Tomatoes dan IMDb, film ini menerima skor yang cukup rendah. Kritikus film menyoroti naskah yang lemah, pacing cerita yang tidak konsisten, serta kurangnya chemistry antar karakter.

Penonton umum juga tidak segan menyuarakan kekecewaan mereka di media sosial. Banyak yang menyebut film ini sebagai salah satu adaptasi Disney terburuk, bahkan ada yang menyarankan agar studio kembali ke formula klasik yang sudah terbukti sukses.

Pembelaan dari Pihak Studio

Pihak Disney sendiri menyatakan bahwa perubahan ini merupakan bagian dari upaya mereka untuk merefleksikan nilai-nilai modern dan menjangkau audiens yang lebih luas. Mereka juga menyebutkan bahwa keterlibatan beragam budaya dalam produksi film adalah langkah positif untuk menciptakan inklusivitas.

Namun, strategi ini tampaknya kurang berhasil diterima oleh sebagian besar penonton lama yang sudah melekat dengan versi klasik. Adaptasi ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah modernisasi sebuah cerita harus mengorbankan elemen-elemen orisinal yang telah membentuk identitasnya?

Kesimpulan


Live action Snow White seharusnya menjadi penghormatan terhadap salah satu kisah paling abadi dalam sejarah film animasi. Namun, hasil akhirnya justru mengecewakan banyak pihak karena perubahan berlebihan yang tidak sejalan dengan esensi cerita aslinya.

Meskipun ada niat baik dalam membawa nilai-nilai modern dan representasi inklusif, eksekusinya terasa terlalu dipaksakan. Alih-alih menjadi penyegaran cerita klasik, film ini malah kehilangan daya tarik utama yang membuat Snow White begitu dicintai.

Jika Anda adalah penggemar setia cerita klasik Disney, bersiaplah untuk menonton versi yang sangat berbeda. Live action Snow White adalah contoh bahwa tidak semua cerita bisa atau perlu dimodernisasi secara drastis tanpa kehilangan identitas aslinya.

By James